Minggu, 19 November 2017

Summary Foreign Exchange Exposure

Sumber Risiko Valas dan Penanganan Risiko Valas
Risiko valas bisa berasal dari beberapa sumber, antara lain transaction, translation dan economic exposures.

a.      Transaction exposure
Transaction exposure merupakan risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika melakukan transaksi dengan pihak lain, baik itu supplier, pelanggan, ataupun pihak lainnya dengan menggunakan mata uang asing. Sehingga, perusahaan yang terlibat transaksi ini terekspos terhadap risiko perubahan nilai valas di masa depan. Perusahaan yang melakukan jual beli dengan denominasi mata uang asing menghadapi transaction exposure ini.
Misalnya, perusahaan importir A yang berbasis di Indonesia, punya utang ke suppliernya perusahaan B yang berbasis di AS dalam mata uang dollar. Perusahaan A mengalami ketidakpastian karena ketika mereka harus membayar utangnya di masa depan nilai tukar bisa berubah.
Menerapkan transaction exposure yaitu melakukan kebijakan berupa perlakuan pendapatan dan biaya (cost) dalam valas dalam tahun buku yang akan datang dan selanjutnya melakukan analisa pengaruhnya terhadap laba bersih atas potensi kemungkinan timbulnya perubahan-perubahan dalam kurs valuta asing.
Menurut Eitman, beberapa aktivitas yang dapat mengakibatkan suatu transaction exposure diantaranya adalah:
a.       Membeli/menjual dalam kredit dengan harga dalam valas
b.      Meminjam/ memberi pinjaman, dengan sistem pelunasan menggunakan valas
c.       Masuk ke dalam kontrak forward valas
d.      Memperoleh asset atau liabilities dalam valas

b.      Operating exposure
Yaitu melakukan research dan analisa secara mendaLam terhadap trend & nbsp; kurs valas yang terjadi pada masa yang akan datang (future analysis), mengkajinya dalam bentuk hubungnnya dengan kondisi dari ekspor dan impor serta sebagainya pada kondisi jangka panjang.
Operating exposure, biasa disebut juga dengan economic exposure atau strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi perusahaan di masa depan, yang disebabkan oleh perubahan yang tidak terduga pada nilai tukar. Exposure ini mengakibatkan penjualan turun dari pelanggan internasional. Meskipun dampaknya tidak muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan. Lalu apa bedanya transaction dengan operating exposure? Transaction exposure muncul dari arus kas masa depan yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak.

c.       Translation Exposure
Menerapkan accounting/translation exposure, yaitu melakukan kebijakan untuk mengkonversi aktiva dan passive perusahaan dalam bentuk valas yang jangka panjang ke dalam bentuk mata uang domestic negara. Tujuan accounting/translationexposure adalah untuk konsolidasi dan pelaporan.
Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. Misalnya, laporan keuangan dari cabang yang menggunakan mata uang asing dikonsolidasikan ke laporan keuangan perusahaan induk ke dalam mata uang lokal.
Translation exposure ini dapat mengakibatkan perubahan pada item-item neraca seperti utang dan piutang, juga aset dan utang jangka panjang.
Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah dengan cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka dapat dilakukan“Hedging”.Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang asing.
Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas, serta mengurangi variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui hedging. 

Teknik-teknik hedging yang pada umumnya digunakan untuk mengatasi transaction exposure antara lain adalah: 
a.      Mengelola Foreign Exchange Risk
Transaction exposure dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain contractual, operating dan financial hedge. Contractual hedge ini meliputi kontrak forward, future, dan option. Sementara itu operating dan financial hedge meliputi penggunaan risk-sharing agreement, leads & lags, swap, dan strategi lainnya yang juga digunakan untuk mengatasi operating exposure.

b.      Forward hedge
Cara yang paling sederhana dalam menghilangkan transaction exposure adalah dengan melakukan forward hedge. Forward hedge memungkinkan perusahaan untuk mematok nilai valas untuk masa depan, yang sudah ditentukan sejak hari ini. Kontrak forward pada umumnya dilakukan dengan pihak bank sebagai counterparty.
Misalnya, sebuah perusahaan AS mengekspor ke Eropa, dan akan menerima pembayaran sebesar €50,000 dalam 90 hari ke depan. Misalnya spot rate saat ini adalah $1.2790/€, sementara 3-month forward rate adalah $1.2850/€. Dengan melakukan forward hedge, maka dalam 3 bulan mendatang perusahaan AS akan menerima €50,000 dan menukarkannya pada rate $1.2850/€, dan menerima $64,250. Dengan melakukan forward hedge berarti transaction exposure tereliminasi. Tanpa melakukan hedging, maka perusahaan terekspos oleh risiko pergerakan mata uang asing, bisa gain ataupun loss.

c.       Futures hedge
Konsep dalam forward dan futures hedge pada dasarnya sama, yang berbeda adalah mekanismenya. Jika forward maka counterparty adalah bank, maka dalam futures ada perantara yakni clearing exchange. Kelemahan dari metode ini adalah penggunaan marked to market, sehingga dalam pergerakan harian bisa tercipta gain ataupun loss, dan jika margin tidak cukup kuat, maka bisa terkena call margin.

d.      Money market hedge
Hedging di pasar uang yakni aktivitas lindung nilai untuk utang maupun piutang di masa depan, dengan cara mengambil posisi di pasar uang. Money market hedge meliputi aktivitas meminjam dan berinvestasi dengan mata uang yang berbeda.
Misalnya, jika sebuah perusahaan di Eropa punya piutang sebanyak $100,000, maka terekspos risiko jika nantinya Dollar melemah terhadap Euro. Untuk mengeliminasi risiko tersebut, maka perusahaan bisa mengambil pinjaman dalam Dollar, menukarnya ke Euro, kemudian berinvestasi pada pasar uang. Selanjutnya hasil pembayaran piutang tersebut akan digunakan untuk melunasi pinjaman. 

e.       Currency option hedge
Hedging menggunakan option yakni dengan menggunakan hak beli atau hak jual sejumlah mata uang asing pada tingkat harga tertentu untuk melakukan lindung nilai. Hedging options memungkinkan perusahaan untuk melindungi risiko pergerakan mata uang asing yang tidak diharapkan, juga memungkinkan perusahaan untuk menangguk untung.
Kondisi perubahan yang menyebabkan suatu perusahaan mengambil beberapa keputusan guna melindungi aktivitas bisnisnya dari kondisi fluktuatif yang mampu memberi dampak pada kerugian perusahaan, yaitu :
a.       Menghindari pembelian barang dalam bentuk mata uang asing ketika jika itu tidak diperlukan
b.      Menghindari pembelian barang baru walaupun harganya rendah karena dalam kondisi mata uang asing yang bersifat fluktuatif memungkinkan barang tersebut kembali mengalami penurunan yang jauh lebih murah seiring dengan penurunan nilai mata uang asing
c.       Jika ada barang di gudang yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran dan jumlah barang tersebut dianggap tidak efektif. Dalam artian daripada tersimpan dalam jumlah yang banyak di gudang sementara perusahaan membutuhkan dana maka ada baiknya barang tersebut dijual dan digantikan dengan yang lain namun memiliki nilai jual yang tinggi.


Sumber: http://adnantandzil.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-valuta-asing-dan-risiko.html

Minggu, 29 Oktober 2017

Softskill 1 : Komunikasi Bisnis

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Berbicara mengenai KOMUNIKASI, maka terlintas secara spontan bahwa manusia yang adalah makhluk sosial, tentunya memiliki komunikasi antar manusia yang lainnya. Di era perkembangan jaman sekarang, komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting seiring dengan adanya kemajuan teknologi yang ada. Saling adanya interaksi untuk tujuan tertentu dengan konsep pemahaman yang sama, maka didirikanlah sebuah organisasi. Setiap orang anggota maupun kelompok dalam organisasi tersebut saling berkomunikasi untuk tujuan yang sama. Gagasan maupun ide yang muncul dikomunikasikan secara baik, meskipun terkadang terjadi kesalahpahaman di dalam perbedaan pendapat, namun itu merupakan suatu proses dari komunikasi yang ada.


Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama. Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci. Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi. Komunikasi dalam organisasi tak langsung terbentuk dengan sendirinya, diperlukan unsur – unsur penyebabnya. 
1.      POLA KOMUNIKASI BISNIS
Secara umum pola kumunikasi (patterns of communication) dibedakan menjadi 2 saluran (Purwanto,2006:40-45), yaitu :
a. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi, garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bawahan, pola transformasi informasinya dapat berbentuk 3 pola yaitu:
1.     Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi dari atas ke bawah (top-down)merupakan jalur komunikasi yang berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan) merupakan penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruksi, maupun prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya. Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai 5 tujuan pokok yaitu:
o    Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu,
o    Memberikan informasi kenapa pekerjaan itu harus dilaksanakan,
o    Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional,
o    Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan,
o    Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
2.     Komunikasi dari bawah ke atas
Atau disebut buttom-up communicatin berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi.
3.     Komunikasi Horizontal
Atau horizontal communication atau sering disebut komunikasi lateral (lateral communication) adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
4.     Komunikasi Diagonal
Atau diagonal communication melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara manager pemasaran dengan bagian pabrik, antara manager produksi dengan bagian promosi, antara manager produksi dengan bagian akuntansi dan lain sebagainya.
b. Saluran Komunikasi Informal
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi, tanpa mempedulikan jenjang hierarki, pangkat, dan kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan biasanya bersifat umum, seperti mengobrol tentang humor yang baru di dengar, keluarga, anak-anak, dunia olahraga, musik, acara film, dan sinetron tv, dan kadang kala mereka juga membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam organisasinya.
2.      MENGELOLA KOMUNIKASI BISNIS 
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola komunikasi, yaitu :
1.     Penanganan pesan-pesan yang bersifat rutin
Untuk dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya, seorang manajer perlu memperhatikan hal berikut ini:
1.     Mengurangi jumlah pesan
2.     Instruksi yang jelas
3.     Mendelegasikan tanggung jawab
4.     Melatih petugas
1.     Penanganan Krisis Komunikasi
Cara penanganan krisis di suatu perusahaan tentu berbeda dengan perusahaan lain. Namun, munculnya krisis dalam suatu perusahaan dapat mempunyai pengaruh terhadap masa depan produk maupun reputasi perusahaan bersangkutan. Dalam kaitannya dengan krisis komunikasi tersebut, ada 2 falsafah  dalam komunikasi yaitu:
1. Bersikap diam, tidak mengatakan sesuatu, atau
2. Katakan apa yang terjadi dan segera
Namun, beberapa ahli hubungan masyarakat (public relation) menyarankan agar perusahaan menangkis rumor yang beredar dalam masyarakat dengan cara menjelaskan dengan cara apa yang menjadi masalahnya secara terbuka tanpa ditutup-tutupi kepada public (masyarakat umum) dan karyawan-karyawannya. Pada saat yang sama, perusahaan harus mencari sumber masalahnya dan berusaha mengendalikannya. Satu hal yang paling penting dalam menangani setiap kasus adalah mengusahakan agar pikiran tetap dalam kondisi tenag, kalem, dan tidak gegabah. Tenang dalam artian bahwa penanganan suatu kasus perlu pemikiran jernih dan tidak dalam kondisi emosional. Suatu tanggapan yang rasional akan membantu memberikan inspirasi untuk mempertinggi rasa percaya diri.
Dalam situasi krisis ekonomi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti :
1.     Siapkan tim yang terampil atau cekatan dalam penanganan krisis
2.     Usahakan agar manajemen puncak segera bertindak pada saat krisis terjadi
3.     Ciptakan sebuah pusat informasi sebagai representasi perusahaan yang dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik komunikasi
4.     Ceritakan suatu kejadian secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika memang ada yang salah segera mohon maaf
5.     Tunjukkan keseriusahan perusahaan, bukan saja dalam pernyataan tetapi dalam wujud nyata.


2.     Masalah Komunikasi dalam Organisasi
Fakor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
1.     Hambatan Teknis
Hambatan ini timbul karena lingkungan dan memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistem informasi, sehingga saluran komunikasi dan media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
2.     Hambatan Semantik
Gangguan ini menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif. Definisi semantik disini adalah studi atas pengertian yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi. Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.

3.     Hambatan Manusiawi
Hambatan ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan. Menurut Cruden dan Sherman, hambatan ini mencakup :
1.     Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia, seperti perbedaan persepsi, umur, keadaan emosi, status, keterampilan mendengarkan , pencarian informasi, dan penyaringan informasi.
2.     Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi atau lingkungan sosial dan budaya, seperti suasana dan iklim kerja serta tata nilai yang dianut. Ditinjau dari aspek bisnis, organisasi adalah sarana manajemen (dilihat dari aspek kegiatannya). Korelasi antara Ilmu Komunikasi dengan Organisasi terletak pada peninjauannya yang berfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam lingkup organisasi tujuan utama komunikasi adalah memperbaiki organisasi, yang ditafsirkan sebagai upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan manajemen. Komunikasi organisasi terjadi setiap saat dan dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarchies anatara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran pesan atau informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi produk kerja di dalam struktur (jenjang/level) dan sistem organisasi yang kondusif. Dalam kegiatan organisasi bisnis, pesan hendaknya tidak hanya sekedar informatif, yaitu agar pihak lain mengerti dan tahu, tetapi juga haruslah persuasif, agarpihak lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan atau melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Dalam proses komunikasi, semua pesan atau informasi yang dikirim akan diterima dengan berbagai perbedaan oleh penerima pesan/informasi , baik karena perbedaan latar belakang, persepsi, budaya maupun hal lainnya. Untuk itu, suatu pesan atau informasi yang disampaikan hendaknya memenuhi 7 syarat atau dikenal juga dengan 7 C, yaitu :
1.     Completeness (Lengkap)
Suatu pesan atau informasi dapat dikatakan lengkap, bila berisi semua materi yang diperlukan agar penerima pesan dapatmemberikan tanggapan yang sesuai dengan harapan pengirim pesan.
2.     Conciseness (Singkat)
Suatu pesan dikatakan concise bila dapat mengutarakan gagasannya dalam jumlah kata sekecil mungkin (singkat, padat tetapi jelas) tanpa mengurangi makna, namun tetep menonjolkan gagasannya.
3.     Consideration (Pertimbangan)
Penyampaian pesan hendaknya menerapkan empati dengan pertimbangan dan mengutamakan penerima pesan.
4.     Concreteness (Konkrit)
Penyampaian pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang gamblang, pasti, dan jelas
5.     Clarity (Kejelasan)
Pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah diinterpretasikan serta memiliki makna yang jelas.
6.     Courtessy (Kesopanan)
Pesan disampaikan dengan gaya bahasa dan nada yang sopan, akan memupuk hubungan baikdalam komunikasi bisnis.
7.     Correctness (Ketelitian)
Pesan hendaknya dibuat dengan teliti dan menggunakan tata bahasa, tanda baca, dan ejaan yang benar (formal atau resmi).
drive.google.com/file/d/0B1sX4EM1r3BWTGM4dTNPWlZRVTQ/view?usp=sharing

Jumat, 10 Maret 2017

ETIKA PERIKLANAN KARTU XL DAN PERSEPSI KONSUMEN

ETIKA PERIKLANAN KARTU XL DAN PERSEPSI KONSUMEN 

Vera Kasia Dewanty Gultom*, Friska Sipayung** 
*Alumni Fakultas Ekonomi USU 
** Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU


Abstract: This study aims to determine the effect of advertising ethics XL cards on consumer perceptions. The population in this study is the Student Department of Management University of North Sumatra, Medan of 2008 to 2011 who had observed a number of ad XL card as much as 968 people. The technique of determining the sample using the formula for the population an unditified. Sampling technique using an accidental sampling method. The analytical method used is descriptive analysis method and simple regression analysis. This type of research study is associative, and the data used are the primary data and secondary data obtained through the documentation and study questionnaires used Likert scale of measurement and statistically processed with SPSS program for Windows 17:00, the t test model and the identification of determinants (R2). The results of this study indicate that simultaneous advertising ethics (X) has positive and significant impact on consumer perceptions (Y) on a student majoring in Management University of North Sumatra.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh etika iklan kartu XL terhadap cara pandang konsumen. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara, Medan dari tahun 2008 hingga 2011 yang telah diamati sejumlah iklan kartu XL sebanyak 968 orang. Teknik menentukan sampel menggunakan formula untuk populasi unditified. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi sederhana. Jenis penelitian ini asosiatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi dan studi kuesioner menggunakan pengukuran Skala Likert dan statistic yang diproses dengan program SPSS untuk Windows 17:00, model uji t dan identifikasi determinan (R2). Hasil studi ini menunjukkan bahwa etika iklan simultan (X) memiliki pengaruh positif dan signifikan pada persepsi konsumen (Y) terhadap mahasiswa jurusan manajemen Universitas Sumatera Utara. 

Keywords: Ethics of Advertising and Consumer Perception. 


PENDAHULUAN 

Dalam menghadapi dinamika persaingan bisnis, para pelaku bisnis harus mampu merancang dan menciptakan strategi baru yang tepat. Perusahaan harus memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan produknya secara tepat untuk menarik perhatian publik sebagai pembeli sasaran. Salah satu cara yang dapat dipilih untuk mengkomunikasikan produk kepada publik adalah melalui iklan. Iklan yang menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dipengaruhi oleh karasteristik media yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya adalah media televisi, televisi merupakan salah satu media elektronik yang paling efektif dalam penyampaian berbagai pesan-pesan kepada publik. Meskipun biayanya relatif mahal dan penayangan atau durasinya yang terlalu cepat, namun televisi memiliki jangkauan yang sangat luas, prestisius, fleksibel, sangat menarik perhatian, menimbulkan dampak yang kuat, dan memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak (Tjiptono, 2001:244). Melalui tayangan iklan di televisi, konsumen dapat melihat dan mengetahui keberadaan produk yang ditawarkan. Setiap perusahaan akan selalu berusaha memberikan informasi yang tepat dan menarik tentang produk yang ditawarkannya untuk dapat mempengaruhi konsumen sehingga akhirnya konsumen dapat melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Oleh karena itu, operator seluler berlomba-lomba membuat iklan di televisi dengan seunik mungkin dalam menawarkan produknya, yang terkadang tidak memperhatikan etika yang berlaku di masyarakat. Padahal iklan sangatlah berdampak besar bagi masyarakat luas, yang pada akhirnya dapat menciptakan dampak positif ataupun negatif terhadap citra perusahaan. Pada dasarnya periklanan di latar belakangi oleh suatu ideologi tersembunyi yang tidak sehat, yang berarti bahwa suatu iklan yang disampaikan kepada konsumen harus sesuai dengan kebenarannya dan tidak termanipulasi. Hal ini merupakan salah satu kewajiban etis yang penting (Bertens, 2000:263). Untuk membuat konsumen tertarik, iklan harus dibuat menarik bahkan kadang dramatis. Tetapi iklan belum tentu dapat diterima oleh semua orang baik itu berdasarkan usia, golongan, dan suku, sehingga iklan harus memiliki etika maupun moral dalam bisnis. Pada saat ini iklan yang sedang ramai diperbincangkan adalah iklan kartu XL yang mengundang perhatian banyak orang. Kartu XL mempromosikan produknya dengan iklan-iklan yang unik, contohnya model yang terlihat seperti hantu menggunakan kartu XL, orang utan yang disamakan dengan model Luna Maya, pengemis yang menggunakan kartu XL, sampai kepada Tukul Arwana sebagai endorser dalam iklan kartu XL tersebut. Hal ini menimbulkan persepsi yang berbedabeda di benak masyarakat mengenai iklan tersebut, baik itu persepsi positif maupun persepsi negatif. Penelitian pada iklan kartu telepon seluler XL ini didasari juga oleh kerapnya fenomena yang terjadi dalam dunia periklanan, salah satunya perang iklan kartu XL dengan kartu Telkomsel. Dimana pada iklan tersebut terjadi sahut-sahutan iklan. Hal itu dapat kita perhatikan pada iklan yang menghadirkan pelawak Sule Sutisna dengan produk Kartu As yang menggunakan selebritis cilik Baim di iklan XL. Dalam sebuah iklan kartu As, Sule mengatakan “Saya kapok dibohongin anak kecil” kalimat ini jelas sekali ditujukan kepada iklan Sule sebelumnya di provider seluler XL. Sebelum menjadi bintang iklan kartu As, Sule adalah bintang iklan XL, bersama dengan Baim Halil Al Khatiri atau yang akrab dikenal sebagai Baim cilik. Sule dan Baim tampil bersama dalam iklan XL, dengan isi cerita bahwa Sule selalu dibohongi oleh Baim. Dalam iklan tersebut, ada kalimat terakhir yang diucapkan Baim yang berbunyi “Dari pertama, Om Sule itu jelek, dan dari pertama kalau 25 Rupiah XL beneran! Tarif Xl itu murah!”. Untuk menanggapi iklan kartu XL tersebut kartu Telkomsel As menayangkan iklan dengan menghadirkan Sule dengan isi kalimat pada iklan tersebut Sule mengatakan “Saya sudah tobat, ternyata kartu As yang paling murah. Langsung dari menit pertama, pagi siang, malam. gak dibates-batesin. OK!” lalu ditutup dengan kalimat “Saya kapok dibohongin anak kecil!”. Dari cerita iklan tersebut, hal yang terjadi adalah rivalitas dua operator provider seluler yaitu Telkomsel AS dengan XL Axiata. Hal ini juga merupakan bentuk persaingan tidak sehat yang akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda diingatan masyarakat yang mengamati iklan tersebut. Mahasiswa dapat dikategorikan sebagai kelompok konsumen yang senang memberikan perhatian terhadap hal-hal yang ditampilkan melalui berbagai media komunikasi. Salah satunya iklan produk kartu XL yang ditayangkan di televisi yang selalu berhasil menarik perhatian konsumen, dimana iklannya selalu lucu, unik, dan membuat penasaran konsumen, sehingga iklan terekam diingatan konsumen dan menimbulkan persepsi yang berbedabeda disetiap benak konsumen. Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera merupakan salah satu pasar potensial untuk menjadi objek dalam riset pemasaran karena kebanyakan mahasiswa menggunakan kartu XL sebagai provider telepon seluler. Menurut pra survei yang dilakukan pada beberapa mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara diperoleh bahwa banyak mahasiswa menggunakan Kartu XL karena tarif kartu XL yang lebih murah dibandingkan kartu provider lainnya. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh etika periklanan kartu XL terhadap persepsi konsumen. Disamping itu penelitian ini diharapkan bermanfaat baik bagi penulis, perusahaan yang bersangkutan, juga bagi peneliti lain. Selain harus berdasarkan etika yang ada, sebuah iklan juga harus di buat sedemikian rupa agar dapat menimbulkan persepsi yang positif dari setiap kalangan. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:174) orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses perseptual seperti atensi selektif (perhatian yang selektif), distorsi selektif (gangguan yang selektif), dan retensi selektif (mengingat kembali yang selektif). Disamping itu, terdapat juga pedoman dalam etika periklanan (www.pppi.or.id) seperti tata krama isi iklan, dan maksud si pengiklan. Etis tidaknya sebuah iklan akan menentukan dan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap iklan tersebut yaitu iklan kartu XL yang menawarkan produk yang sesuai dengan etika periklanan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada maka dapat digambarkan model kerangka konseptual etika periklanan kartu XL terhadap persepsi konsumen sebagai berikut: Sumber: Kotler dan Armstrong (2008:174) Gambar 1. Kerangka Konseptual Hipotesis penelitian ini adalah “Etika periklanan kartu XL berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi konsumen pada mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara”. 

METODE 

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah desain asosiatif, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih atau untuk melihat pengaruh, yaitu etika periklanan kartu XL (X) terhadap persepsi konsumen (Y). Defenisi operasional variabel akan menuntun peneliti untuk memenuhi unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, operasionalnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator Skala Pengukuran Etika periklana n kartu XL (X) Seperangkat norma & panduan yang harus diikuti oleh para pilitisi periklanan dalam mengemas dan menyebar luaskan pesan iklan kepada masyarakat baik melalui media cetak dan media elektronik. - Tidak menyesatkan - Sesuai dengan ketentuan periklanan - Moralitas iklan yang baik - Tidak menjelekkan produk pesaing Likert Persepsi Konsume n (Y) Proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginter pretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. - Menarik perhatian - Pesan yang menonjol - Rangsangan - Tafsiran - Mengingat keunggulan produk - Melupakan produk lain Likert. Sumber: Kotler dan Amstrong (2008:174)

Dalam penelitian ini, Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap etika periklanan kartu XL. Dalam skala Likert responden menyatakan tingkat setuju mengenai berbagai pernyataan (Kuncoro, 2009:178). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan manajemen Universitas Sumatera Utara Medan angkatan 2008 sampai 2011 yang pernah mengamati iklan kartu XL yang jumlahnya tidak diketahui. Jumlah mahasiswa reguler S-1 Departemen Manajemen angkatan 2008-2011 adalah sebanyak 982 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling. Metode ini digunakan untuk mendapatkan responden melalui pengunjung yang ditemui secara kebetulan pada saat penelitian dilakukan dan memenuhi kriteria serta ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel. Adapun kriteria yang ditentukan adalah orang yang pernah mengamati iklan kartu XL. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Supramono dan Haryanto (2003:63) berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu sebesar 73 orang. Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan data yaitu Kuesioner Etika Periklanan Kartu XL (X) Persepsi Konsumen (Y) Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012 151 (daftar pertanyaan) dan studi dokumentasi. Kuesioner yang digunakan di uji dengan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa di luar responden. Uji ini menggunakan software SPSS 17.0 for windows. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linear sederhana dengan menggunakan rumusan berikut (Sugiyono, 2006:211): 
 Keterangan: 
Y = Persepsi Konsumen
 x = Etika Periklanan 
a = konstanta 
b = koefisien regresi 
e = standar error 
Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sementara koefisien determinanasi (R2 ) digunakan untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas. 

HASIL 

Profil Perusahaan PT XL Axiata Tbk atau disingkat XL, adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia yang didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari yang bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa umum. Pada tahun 1995, seiring dengan kerjasama antara Rajawali Group – pemegang saham – dengan beberapa investor asing (Nynex, AIF dan Mitsui) PT Grahametropolitan Lestari mengubah nama menjadi PT Exelcomindo Pratama dengan kegiatan utama usahanya sebagai penyelenggara jasa telepon dasar. Dan kemudian PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) mulai tangal 23 Desember 2009 secara resmi mengumumkan perubahan penggunaan nama perseroan dari PT. Excelcomindo Pratama Tbk menjadi PT XL Axiata Tbk. Dengan mengusung nama baru perseroan menjadi PT XL Axiata Tbk, diharapkan akan semakin mendorong XL untuk lebih ekpansif memperluas basis pelanggan serta memberikan kualitas layanan seluler yang lebih baik dan semakin luas di seluruh wilayah Indonesia. Dengan didukung oleh sembilan operator lainnya di Asia yang tergabung dalam Axiata Group Berhad, kini XL lebih siap memasuki medan persaingan bisnis telekomunikasi antar operator yang semakin ketat. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996 dengan menyediakan jasa telepon dasar menggunakan teknologi GSM 900. Dalam perkembangan, XL juga memperoleh izin penyelenggaraan jaringan bergerak seluler untuk teknologi DCS 1800. Izin penyelenggaran jaringan tetap tertutup, izin penyelenggaraan jasa internet (Internet Services Product/TSP) dan izin penyelenggaraan jasa internet telepon untuk keperluan publik (voice over internet protocol/VOIP). Hingga saat ini XL telah mendirikan lebih dari 14.000 menara Base Transceiver Station (BTS) di seluruh Indonesia untuk melayani lebih dari 22 juta pelanggannya. Tata kelola perusahaan atau dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG), telah diterapkan dan telah menjadi tujuan dari sistem kerja XL sejak 1997, XL tetap berkomitmen untuk menerapkan prinsip GCG dalam semua aktivitas bisnis seharihari secara berkelanjutan dan terus disempurnakan dari waktu ke waktu. XL memiliki dua lini produk GSM (Global System For Mobile), yaitu XL Prabayar dan XL Pascabayar. Selain itu XL juga menyediakan layanan korporasi yang termasuk Internet Service Provider (ISP) dan VoIP. 1. XL Prabayar XL prabayar merupakan peleburan dari 3 produk prabayar XL sebelumnya, yaitu Bebas, Jempol, dan Jimat. Pelanggan XL Prabayar mendapat nomor dengan awalan 0817, 0818, 0819, 0859, 0878, dan 0877. 2. XL Pascabayar XL Pascabayar sebelumnya dikenal dengan nama Xplor. Perubahan ini seiring dengan restrukturisasi lini produk XL dimana hanya ada 1 lini produk masing-masing untuk prabayar dan pascabayar. Logo XL dari Axiata company digunakan dari 2009 hingga sekarang. 
Adapun Penghargaan yang diterima XL antara lain adalah: 
1. PT XL Axiata Tbk (XL) menerima Sertifikat Guinness World Records. 
2. XL Raih The Indonesian Financial Review Awards 2011 Kategori Infrastruktur. 
3. Laba XL Naik Jadi Rp 2,184 Triliun, Dapat Penghargaan Best Champion 2011. 
4. XL meraih penghargaan Surabaya Service Excellence Award untuk kategori Cellular Operator (GSM) dengan predikat Best Champion 2011 dari Mark Plus Inc. Penghargaan diterima di Hotel Shangri-La.
5. Service Quality Award 2011 kategori Celullar (GSM) Service Points untuk Achieving Excellent Total Service Quality Satisfaction Based on Customer Perception Survey. 

Uji Validitas Dan Reliabilitas 
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2. Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if ItemDeleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach 's Alpha if Item Deleted VAR00001 35.4333 23.840 .573 .890 VAR00002 35.4333 23.840 .573 .890 VAR00003 35.6333 20.102 .789 .871 VAR00004 35.4000 19.214 .835 .867 VAR00005 35.3000 21.941 .654 .882 VAR00006 35.4333 23.082 .485 .892 VAR00007 35.6333 21.482 .474 .898 VAR00008 35.6333 21.137 .675 .880 VAR00009 35.2667 21.237 .643 .882 VAR00010 36.0333 19.895 .791 .871 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa semua variabel sudah valid, dimana rhitung>rtabel. 10 variabel pernyataan yang diberikan kepada 30 orang responden dalam kuesioner penelitian, diperoleh item-total statistic yang menerangkan beberapa hal berikut ini: 1. Scale mean if item deleted menunjukkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika variabel 1 dihapus maka rata-rata totalnya bernilai 35.4333, dan seterusnya. 2. Scale variance if item deleted menunjukkan besarnya variance total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika variabel 1 dihapus maka nilai variance adalah 23.840, dan seterusnya. 3. Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Nilai pada kolom corrected item total correlation merupakan nilai rhitung yang dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap variabel pernyataan. Adapun taraf signifikansinya adalah 5% dan N (jumlah sampel) = 30, sehingga r (0,05;30), diperoleh rtabel adalah 0,361. Tabel 3. Reliabilitas Instrumen Cronbach Alpha Ghozali Kuncoro Reliabilitas Variabel 1 .890 0,60 0,80 Reliabel Variabel 2 .890 0,60 0,80 Reliabel Variabel 3 .871 0,60 0,80 Reliabel Variabel 4 .867 0,60 0,80 Reliabel Variabel 5 .882 0,60 0,80 Reliabel Variabel 6 .892 0,60 0,80 Reliabel Variabel 7 .898 0,60 0,80 Reliabel Variabel 8 .880 0,60 0,80 Reliabel Variabel 9 .882 0,60 0,80 Reliabel Variabel 10 .871 0,60 0,80 Reliabel Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, diolah Tabel 3 memperlihatkan bahwa seluruh pernyataan dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha diatas 0,80 dan 0,60. Deskriptif Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan manajemen Univerersitas Sumatera Utara yang pernah mengamati iklan kartu XL yang berjumlah 73 responden. Tabel 4. Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) (%) Laki-laki 26 35,6 Perempuan 47 64,4 Total 73 100 Sumber: Data Primer, diolah Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 73 orang responden, responden yang mengamati iklan kartu XL lebih banyak berjenis kelamin perempuan (64,4%). Tabel 5. Karakteristik Berdasarkan Usia Usia Jumlah (orang) (%) 18 tahun 14 19,2 19 tahun 15 20,5 20 tahun 17 23,3 21 tahun 19 26,02 22 tahun 6 8,2 Total 73 100 Sumber: Data Primer, diolah Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 73 orang responden, 19,2% berusia 18 tahun, 20,5% berusia 19 tahun, 23,3% berusia 20 tahun, 26,02% berusia 21 tahun dan 8,2% berusia 22 tahun. Usia 21 tahun merupakan jumlah terbanyak pada penelitian ini. Tabel 6. Karakteristik Berdasarkan Stambuk Stambuk Jumlah (orang) (%) 2008 33 45,2 2009 12 16,4 2010 13 17,8 2011 15 20,5 Total 73 100 Sumber: Data Primer, diolah Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 73 orang responden, stambuk 2008 berjumlah 33 orang (45,2%), stambuk 2009 berjumlah 12 orang (16,4%), stambuk 2010 berjumlah 13 orang (17,8%), dan stambuk 2011 berjumlah 15 orang (20,5%). Stambuk 2008 merupakan jumlah terbanyak. Deskriptif Variabel Tabel 7. Distribusi Jawaban terhadap Variabel Etika Periklanan (X) Item SS S KS TS STS Tota F % F % F % F % F % l 1 14 19.2 51 69.9 8 11.0 0 0 0 0 73 2 15 20.5 50 68.5 7 9.6 1 1.4 0 0 73 3 17 23.3 43 58.9 11 15.1 2 2.7 0 0 73 4 15 20.5 50 68.5 4 5.5 3 4.1 1 1.4 73 Sumber: Data Primer, diolah Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa: 1. Pernyataan pertama, dari 73 responden 19,2% menyatakan sangat setuju bahwa kartu XL tidak mengandung unsur penipuan, 69,9% menyatakan setuju bahwa kartu XL tidak mengandung unsur penipuan, 11,0% kurang setuju bahwa kartu XL tidak mengandung unsur penipuan, dan tidak ada responden yang menanggapi tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa kartu XL mengandung unsur penipuan. 2. Pernyataan kedua, dari 73 responden 20,5% menyatakan sangat setuju iklan kartu XL tidak mengandung unsur peniruan dari produk lain, 68,5% setuju iklan kartu XL tidak mengandung unsur peniruan dari produk lain, 9,6% kurang setuju bahwa kartu XL tidak mengandung unsur peniruan dari produk lain, dan 1,4% responden menyatakan bahwa iklan kartu XL mengandung unsur peniruan dari produk lain. 3. Pernyataan ketiga, dari 73 responden 23,3% menyatakan sangat setuju bahwa iklan XL tidak mengandung unsur takhayul, 58,9% setuju bahwa iklan XL tidak mengandung unsur takhayul, 15,1% kurang setuju iklan XL tidak mengandung unsur takhayul, dan 2,7% iklan XL mengandung unsur takhayul. Pernyataan keempat, dari 73 responden 20,5% menyatakan sangat setuju iklan XL tidak menjatuhkan produk pesaing, 68,5% respoden setuju bahwa iklan kartu XL tidak menjatuhkan produk pesaing, 5,5% kurang setuju iklan karetu XL tidak menjatuhkan produk pesaing, dan 4,1% responden menytakan iklan kartu XL menjatuh produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung, dan 1,4% sangat setuju bahwa iklan kartu XL menjatuhkan produk pesaing secara langsung tidak setuju. Tabel 8. Distribusi Jawaban terhadap Variabel Persepsi Konsumen Item SS S KS TS STS Total F % F % F % F % F % 1 17 23.3 51 69.9 4 5.5 1 11.4 0 0 73 2 14 19.2 51 69.9 8 11.0 0 0 0 0 73 3 9 12.3 39 53.4 18 24.7 4 5,5 3 4.1 73 4 5 6.8 51 69.9 9 12.3 5 6.8 3 4.1 73 5 14 19.2 51 69.9 4 5.5 3 4.1 1 1.4 73 6 4 5.5 41 56.2 21 28.8 3 4.1 4 5.5 73 Sumber: Data Primer, diolah Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa: 
1. Pernyataan pertama, dari 73 responden 23,3% menyatakan sangat setuju dan 69,9% setuju bahwa promosi yang dilakukan oleh kartu XL cukup baik, 5.5,0% kurang setuju bahwa promosi iklan XL baik, dan 1.4% responden menyatakan bahwa promosi yang dilakukan iklan kartu XL tidak baik. 
2. Pernyataan kedua, dari 73 responden 19,2% menyatakan sangat setuju dan 69,9% setuju bahwa pesan iklan yang ditayangkan iklan kartu XL cukup baik, 11,0% responden menyatakan pesan iklan XL yang ditayangkan kurang baik, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. 
3. Pernyataan ketiga, dari 73 responden 12,3% menyatakan sangat setuju dan 53,4% setuju bahwa humor yang ditampilkan kartu XL menarik perhatian konsumen, 24,7% responden menyatakan humor iklan XL kurang menarik perhatian kosumen, 5,5% menyatakan humor iklan XL tidak menarik perhatian konsumen, dan 4,1% responden menyatakan humor iklan XL sangat tidak menarik perhatian konsumen. 
4. Pernyataan keempat, dari 73 responden 6,8% menyatakan sangat setuju dan 69,9 setuju bahwa kualitas yang ditawarkan kartu XL sesuai dengan produk yang ditawarkan, 12,3% menyatakan kualitas kartu XL yang ditawarkan kurang baik, 6,8% menyatakan kualitas kartu XL yang ditawarkan tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan, dan 4,1% menyatak kualitas yuang ditawarkan kartu XL sangat tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan. 
5. Pernyataan kelima dari 73 responden 19,2% menyatakan sangat setuju dan 69,9% setuju bahwa tidak mudah melupakan keistimewaan produk kartu XL dibanding kartu lain, 5,5% kurang setuju bahwa tidak mudsah melupakan keistimewaan kartu XL, 4,1% menyatakn mudah melupakan keistimewaan kartu XL, dan 1,4% menenyatakan sangat mudah melupakan keistimewaan produk kartu XL. 6. Pernyataan keenam, dari 73 responden 5,5% menyatakan sangat setuju dan 56,2 setuju bahwa lebih mudah mengingat kartu XL dibanding kartu lain, 28,8% kurang setuju bahwa bahwa kartu XL lebih mudah diingat dibanding kart lain, 4,1% menyatakan lebih mengingat kartu lain dibanding kartu XL, dan 5,5% menyatakan sangat tidak setuju bahwa kartu XL lebih mudah diingat dibanding kartu lainnya.

 PEMBAHASAN 

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (etika periklanan) terhadap variabel terikat (persepsi konsumen). Tabel 9. Variables Entered/Removedb Model Variables Entered Variables Removed Method 1 EtikaPeriklanana .Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PersepsiKonsumen Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa variabel independen dimasukkan dalam analisis ini, atau dengan kata lain tidak ada variabel independen yang tidak digunakan, atau yang disebut dengan metode enter. Tabel 10. Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.857 2.608 1.862 .067 EtikaPerik lanan 1.124 .160 .640 7.024 .000 a. Dependent Variable: PersepsiKonsumen Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel, dapat dirumuskan model persamaan regresi sederhana sebagai berikut: Berdasarkan persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 
a. Konstanta (a) = 4.857. Ini menunjukkan harga konstan, dimana jika variabel etika periklanan (X) = 0, maka persepsi konsumen tetap sebesar 4.857. 
b. Koefisien (X) = 1.124. Ini menunjukkan bahwa variabel etika periklanan berpengaruh secara positif terhadap persepsi konsumen, atau dengan kata lain, jika variabel etika periklanan ditingkatkan sebesar satu satuan, maka persepsi konsumen akan bertambah sebesar 1.124. Uji Hipotesis a. Uji signifikan parsial (uji-t) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individual) terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah: H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H0 : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah: H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5% H0 ditolak jika thitung > ttabel pada α = 5% Hasil pengujiannya adalah: Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k) n = jumlah sampel, n = 73 k = jumlah variabel yang digunakan , k = 2 Maka : derajat bebas (df) = n-k = 73-2 = 71 Uji t yang dilakukan adalah uji dua arah, maka ttabel yang digunakan adalah t0,05(71) = 1,99. Tabel 10 menunjukkan bahwa variabel etika periklanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap persepsi konsumen. Hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,00 < 0.05 dan nilai thitung 7,042> ttabel 1.99. b. Pengujian koefisien determinan (R2 ) Pengujian determinan (R2 ) dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas. Nilainya adalah 0-1, jika (R2 ) semakin mendekati nol maka model semakin tidak baik. Tabel 11. Model Summary Model R R SquareAdjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .640a .410 .402 2.12681 a. Predictors: (Constant), EtikaPeriklanan Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai r = 0.640, berarti hubungan antara variabel bebas (etika periklanan) terhadap variabel terikat (persepsi konsumen) sebesar 64,0%, artinya hubungannya erat. Semakin besar R berarti hubungan semakin erat. Nilai R Square = 0,410, berarti 41.0% variabel persepsi konsumen dapat dijelaskan oleh variabel bebas (etika periklanan) sedangkan sisanya 59.0% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. 

KESIMPULAN 

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Etika periklanan kartu XL berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi konsumen. 2. Bahwa sebesar 41.0% variabel persepsi konsumen dapat dijelaskan oleh variabel etika periklanan, sedangkan sisanya yaitu 59.0% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 

SARAN 

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran atau masukan sebagai berikut: 
1. Perusahaan XL Axiata harus terus meningkatkan etika periklanan dalam menyampaikan pesan-pesan iklan dan tidak mengandung unsur peniruan maupun penipuan pada iklan, sehingga konsumen akan tertarik dengan produk yang ditawarkan pada iklan tersebut. 
2. Etika periklanan layak untuk dipertimbangkan, hal ini dikarenakan variabel tersebut dapat mempengaruhi persepsi konsumen. Tetapi walaupun demikian perusahaan jangan hanya fokus pada etika periklanannya saja, tetapi juga memperhatikan strategi pemasaran dengan menggunakan faktor-faktor lain yang jauh lebih besar mempengaruhi persepsi konsumen. 
3. Berdasarkan uraian mengenai periklanan dan etika bisnis pada penelitian ini, sebaiknya Pemerintah menerapkan peraturan atau perundangan yang secara tegas mengatur segala yang berkaitan dengan etika dan periklanan.
4. Bagi peneliti selanjutnya apabila mengangkat fenomena yang sama, supaya menambah variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen. 

DAFTAR RUJUKAN 

Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 
Bertens, K, 2000. Pengantar Etika Bisnis, Cetakan Ketiga, Kanisius, Yogyakarta. 
Cooper, Donal R and Pamela S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT Media Global Edukasi. 
Jain, Subhash C. 2001. Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Erlangga. 
Kotler, Philip. 2004. Marketing Insight From A To Z : 80 Konsep Yang Harus Dipahami Setiap Manajer, Jakarta: Erlangga. 
Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2001. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Indeks. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga. 
Lee, Monle dan Carla Johnson. 2007. Prinsip-prinsip Pokok periklanan dalam Perspektif Global, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana.
 Peter, J. Paul and Jerry C. Olson. 2000. Perilaku Konsumen Dan Strategi Pemasaran, Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga. 
Purwanto, Didik. 2011. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No 10. 
Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus – kasus, Jakarta: Salemba Empat. 
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Edisi Pertama, Jakarta: Prenade Media. 
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta: Erlangga.
 Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keenam, Bandung: Afabeta. 
Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Penerbit Andi. 
Tjiptono, Fandy, 2001. Pemasaran Jasa, Edisi Pertama, Malang: Bayu Media Publishing




Sumber:
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012
Vera Kasia Dewanty Gultom, Friska Sipayung: Etika Periklanan Kartu XL…

Summary Foreign Exchange Exposure

Sumber Risiko Valas dan Penanganan Risiko Valas Risiko valas bisa berasal dari beberapa sumber, antara lain transaction, translation dan ...